Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, baru-baru ini bertemu dengan Wakil Perdana Menteri Malaysia, Datuk Sri Ahmad Zahid Bin Hamidi, di Istana Merdeka, Jakarta. Pertemuan tersebut membahas berbagai isu penting, termasuk dampak kebijakan tarif impor tinggi yang diterapkan Amerika Serikat di masa pemerintahan Presiden Donald Trump.

Kedua pemimpin negara sahabat ini mengingat kembali persahabatan mereka yang telah terjalin lama. Mereka juga bertukar pandangan mengenai isu-isu ekonomi global yang tengah menjadi perhatian dunia.

Nostalgia Persahabatan dan Kerjasama Bilateral

Prabowo dan Ahmad Zahid menghabiskan waktu untuk bernostalgia mengingat persahabatan mereka. Pertemuan tersebut juga menjadi wadah untuk membahas kerja sama antara Indonesia dan Malaysia.

Meskipun Prabowo menyebutkan kerja sama bilateral sebagai salah satu poin penting pembahasan, ia tidak merinci detail kerja sama apa saja yang dibicarakan.

Dampak Tarif Impor AS: Isu Utama Pertemuan

Salah satu topik utama yang mendominasi pertemuan tersebut adalah kebijakan tarif impor tinggi yang diterapkan Amerika Serikat pada masa pemerintahan Presiden Donald Trump. Kebijakan ini berdampak signifikan bagi perekonomian Indonesia dan Malaysia.

Prabowo mengakui pentingnya membahas dampak kebijakan tarif tersebut, mengingat isu ini menjadi perhatian global. Namun, ia masih enggan merinci detail pembahasannya.

Tarif Resiprokal dan Proteksionisme AS

Indonesia terkena dampak tarif resiprokal hingga 32%, sementara Malaysia terkena tarif hingga 24%. Meskipun ada penundaan sementara selama 3 bulan, tarif proteksionisme 10% masih diberlakukan AS terhadap kedua negara.

Kebijakan tarif tinggi ini menimbulkan tantangan bagi kedua negara dalam menjaga stabilitas ekonomi dan perdagangan internasional. Indonesia dan Malaysia perlu mencari solusi strategis untuk menghadapi dampak negatif dari kebijakan tersebut.

Mencari Solusi Strategis Menghadapi Tantangan Global

Pertemuan antara Prabowo dan Ahmad Zahid menunjukkan komitmen kedua negara untuk menghadapi tantangan ekonomi global secara bersama-sama. Diskusi tentang kebijakan tarif impor AS menjadi bukti pentingnya koordinasi dan kerjasama regional.

Ke depannya, kerjasama bilateral antara Indonesia dan Malaysia diharapkan dapat lebih diperkuat untuk menghadapi berbagai tantangan ekonomi global, termasuk dampak dari kebijakan proteksionisme negara-negara besar.

Pertemuan ini, selain mempererat hubungan bilateral, juga menjadi momentum untuk membahas strategi bersama dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global. Kolaborasi ekonomi antara Indonesia dan Malaysia akan sangat krusial untuk mengurangi dampak negatif kebijakan tarif impor AS dan memperkuat posisi tawar kedua negara di pasar internasional.

Baik Indonesia maupun Malaysia, sebagai negara-negara berkembang dengan ekonomi yang cukup signifikan di kawasan Asia Tenggara, perlu memperkuat kerja sama ekonomi dan diplomasi untuk menghadapi proteksionisme yang semakin meningkat di dunia. Dengan begitu, kedua negara dapat menghadapi tantangan global dengan lebih efektif dan meminimalkan dampak negatifnya terhadap perekonomian nasional.

Bagikan:

Tags:

Leave a Comment