Rahasia Puasa: Ubah Otak, Tingkatkan Kesehatan Mental Anda
Sumber: Detik.com

Puasa, terutama puasa intermiten, dikenal luas sebagai metode penurunan berat badan. Namun, penelitian terbaru menunjukkan manfaat yang jauh lebih signifikan: puasa dapat mengubah struktur dan fungsi otak manusia. Studi menunjukkan perubahan nyata pada area otak yang mengontrol impuls dan nafsu makan. Efeknya melampaui sekadar pengelolaan berat badan, bahkan memengaruhi kinerja organ paling kompleks dalam tubuh kita.

Puasa dan Transformasi Otak

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal *Frontiers in Cellular and Infection Microbiology* mengamati peserta yang menjalani puasa intermiten. Hasilnya mengejutkan: peserta mengalami penurunan berat badan rata-rata 7,6 kg. Lebih dari itu, terjadi perubahan signifikan pada girus orbital frontal inferior kiri otak. Area ini berperan penting dalam pengendalian impuls dan pengambilan keputusan.

Perubahan ini berkaitan erat dengan perubahan komposisi bakteri usus. Bakteri seperti *Coprococcus* dan *Eubacterium hallii* berkembang biak selama puasa. Bakteri-bakteri ini menghasilkan asam lemak rantai pendek yang masuk ke aliran darah dan memengaruhi fungsi otak.

Peran Mikrobioma Usus dalam Perubahan Otak

Pernah merasakan ‘hangry’ atau mudah marah saat lapar? Ini menunjukkan bagaimana sinyal dari usus dapat memengaruhi otak dan suasana hati. Sistem komunikasi dua arah ini jauh lebih kompleks dari yang diperkirakan sebelumnya.

Selama puasa, mikrobioma usus berubah. Bakteri baik berkembang, menghasilkan asam lemak rantai pendek dan metabolit lain yang bersirkulasi dalam darah. Senyawa ini mempengaruhi kimia otak, meningkatkan pengendalian diri dan potensial meningkatkan fungsi kognitif.

Dr. Sarah Jenkins, ahli saraf dari Universitas Columbia, menyatakan bahwa hubungan otak-usus merupakan bidang yang menarik. Ia menambahkan, mengubah pola makan, seperti dengan puasa intermiten, memberikan dampak besar pada kedua sistem tersebut.

Mekanisme ‘Reset’ Otak Selama Puasa

Bagaimana puasa mengubah otak? Selain membakar lemak, puasa memicu proses biologis yang memengaruhi sirkuit saraf. Salah satu faktor pentingnya adalah peningkatan *brain-derived neurotrophic factor* (BDNF), protein yang mendukung kelangsungan hidup neuron dan pertumbuhan sel saraf baru, terutama di hipokampus (area penting untuk belajar dan memori).

Dr. Mark Mattson dari Universitas Johns Hopkins mencatat peningkatan signifikan produksi BDNF selama puasa. Ini mungkin menjelaskan peningkatan ketajaman mental yang dirasakan banyak orang.

Selain BDNF, puasa juga:

  • Meningkatkan neuroplastisitas: kemampuan otak beradaptasi dan membentuk koneksi saraf baru.
  • Mengurangi neuroinflamasi: peradangan saraf yang terkait dengan penurunan kognitif dan gangguan suasana hati.
  • Mendorong autophagy: proses pembersihan seluler yang membuang sel rusak, termasuk di otak, untuk meningkatkan fungsi keseluruhan.

Proses-proses ini menciptakan kondisi ideal untuk perubahan positif di otak, terutama di area yang mengatur pengambilan keputusan dan pengendalian impuls. Puasa lebih dari sekadar metode penurunan berat badan; ini intervensi yang berpotensi membentuk kembali cara kerja otak.

Banyak praktisi puasa intermiten melaporkan peningkatan kejernihan mental. James Thompson, seorang insinyur perangkat lunak, merasakan peningkatan fokus yang drastis setelah 14 jam berpuasa.

Hal ini didukung oleh sains. Puasa mengoptimalkan metabolisme energi otak, beralih dari glukosa ke keton sebagai bahan bakar utama. Keton dianggap sebagai sumber energi yang lebih efisien dan bersih untuk otak. Peralihan ini dapat mengurangi produksi radikal bebas yang merusak, sehingga meningkatkan konsentrasi, pemikiran jernih, dan suasana hati.

Puasa intermiten bukan hanya tren penurunan berat badan, tetapi juga intervensi kuat yang dapat memicu perubahan signifikan pada otak, memengaruhi pengendalian diri, nafsu makan, dan kejernihan mental melalui hubungan kompleks antara usus, metabolisme, dan sirkuit saraf. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya dampaknya, tetapi temuan awal ini menjanjikan potensi manfaat yang luas.

Bagikan:

Tags:

Leave a Comment