Rupiah mengawali perdagangan Rabu, 11 Juni 2025 dengan penguatan tipis. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS naik 3 poin atau 0,02 persen, mencapai 16.272 per dolar AS. Ini merupakan peningkatan kecil dari posisi sebelumnya di angka 16.275 per dolar AS. Namun, para analis memprediksi pergerakan rupiah akan cenderung melemah dalam waktu dekat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor global yang sedang berkembang.
Meskipun mengalami penguatan di awal perdagangan, sejumlah faktor eksternal berpotensi mempengaruhi pelemahan rupiah. Analis mempertimbangkan berbagai aspek, baik domestik maupun internasional, untuk memprediksi pergerakan nilai tukar rupiah.
Tarik Ulur Negosiasi Dagang AS-Tiongkok: Bayang-Bayang di Balik Penguatan Rupiah
Dinamika perundingan perdagangan antara Amerika Serikat dan China menjadi perhatian utama pasar saat ini. Lukman Leong, analis mata uang dari Doo Financial Futures, menjelaskan bahwa hal ini turut mempengaruhi pergerakan rupiah.
Ia menilai rupiah cenderung akan bergerak konsolidatif dengan potensi pelemahan terbatas. Hal ini dipicu oleh rebound dolar AS di tengah harapan investor akan hasil positif dari negosiasi tarif antara China dan AS.
Pertemuan antara Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng dan Menteri Keuangan AS Scott Bessent menjadi sorotan utama. Pertemuan ini dilaksanakan menjelang konsultasi ekonomi dan perdagangan Tiongkok-AS pertama pada 9 Juni.
Respons Positif dari Pelaku Usaha: Harapan Terhadap Stabilitas Ekonomi
Pertemuan bilateral antara pejabat AS dan China disambut baik oleh kalangan bisnis internasional. Li Chenggang, Perwakilan Perdagangan Internasional China, menyatakan bahwa diskusi berlangsung profesional, rasional, mendalam, dan jujur.
Kedua negara dikabarkan telah menyepakati kerangka kerja untuk mengimplementasikan konsensus yang dicapai oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. Kesepakatan ini dihasilkan dari percakapan telepon pada 5 Juni dan pembicaraan di Jenewa, Swiss.
Harapannya, negosiasi ini akan memperkuat kepercayaan kedua negara dan menciptakan hubungan ekonomi dan perdagangan yang lebih stabil dan sehat. Suasana kondusif ini diyakini akan berdampak positif pada pasar keuangan, termasuk nilai tukar rupiah.
Inflasi AS Berpotensi Tekan Rupiah: Menghadapi Tantangan Global
Investor juga memperhatikan rilis data inflasi Amerika Serikat untuk bulan Mei. Inflasi AS diperkirakan meningkat 0,2 persen secara tahunan, dari 2,3 persen menjadi 2,5 persen.
Kenaikan inflasi ini berpotensi memperkuat dolar AS lebih lanjut. Akibatnya, nilai tukar rupiah dapat tertekan.
Berdasarkan analisis terkini, rupiah diprediksi bergerak di kisaran 16.200 hingga 16.300 per dolar AS dalam jangka pendek. Pergerakan ini dipengaruhi oleh dinamika negosiasi dagang AS-China dan data inflasi AS.
Meskipun rupiah dibuka menguat tipis hari ini, perlu diwaspadai potensi pelemahan yang dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti perkembangan negosiasi perdagangan AS-China dan inflasi AS. Situasi ini menuntut kewaspadaan dan antisipasi dari para pelaku pasar. Ke depannya, monitoring terhadap perkembangan ekonomi global sangat penting untuk memprediksi pergerakan nilai tukar rupiah.
Leave a Comment