Harga emas dunia mencatat kenaikan tipis pada perdagangan Selasa, 10 Juni 2025, mencapai angka USD 3.332 per ons. Kenaikan ini memicu prediksi optimis dari para pengamat pasar mengenai potensi penguatan lebih lanjut.
Ibrahim Assuaibi, seorang pengamat pasar, memperkirakan harga emas akan terus meningkat dan berpotensi mencapai level USD 3.363. Pernyataan ini disampaikannya dalam wawancara dengan Liputan6.com di Jakarta.
Faktor Pendorong Kenaikan Harga Emas
Menurut Ibrahim, beberapa faktor berkontribusi terhadap kenaikan harga emas. Salah satunya adalah meningkatnya ketegangan geopolitik di Eropa, khususnya konflik antara Rusia dan Ukraina.
Situasi di Los Angeles, California, juga berperan. Peningkatan kekerasan di sana mendorong Presiden AS Donald Trump untuk mengerahkan militer, memicu kontroversi dan ketidakpastian politik.
Data inflasi AS yang akan dirilis pada Rabu, 11 Juni 2025, juga menjadi faktor penting. Kenaikan inflasi diperkirakan akan mendorong harga emas naik.
Pertemuan AS-Tiongkok dan Dampaknya terhadap Harga Emas
Di sisi lain, pertemuan antara pejabat AS dan Tiongkok di London untuk membahas masalah tarif perdagangan berpotensi menurunkan harga emas. Kesepakatan untuk menunda penerapan bea masuk 50 persen dapat mengurangi permintaan emas sebagai aset safe haven.
Namun, Ibrahim menekankan bahwa secara keseluruhan, faktor geopolitik dan inflasi lebih dominan dalam mendorong penguatan harga emas dunia.
Meskipun adanya potensi penurunan harga akibat kesepakatan dagang AS-Tiongkok, dampaknya diperkirakan tidak terlalu signifikan.
Analisis Jangka Pendek dan Pergerakan Harga Emas
Harga emas di pasar spot bahkan sempat naik 0,8% menjadi USD 3.334,99 per ons pada hari Senin, sebelum sedikit turun. Kenaikan ini juga didukung oleh pelemahan dolar AS.
Investor terus mengamati perkembangan pembicaraan perdagangan AS-Tiongkok di London. Hasil positif dari pertemuan tersebut berpotensi memberikan dampak negatif yang relatif kecil terhadap harga emas.
Bart Melek, analis komoditas di TD Securities, menjelaskan bahwa ekonomi yang lebih lemah, kemungkinan penurunan suku bunga, dan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi mendorong minat pada emas sebagai aset lindung nilai.
Pertemuan AS-Tiongkok di London bertujuan membahas tarif yang telah dikenakan pada produk masing-masing negara. Kedua belah pihak sebelumnya telah sepakat untuk jeda sementara setelah saling menerapkan tarif tinggi.
Secara jangka pendek, dampak positif dari pertemuan tersebut terhadap harga emas diprediksi minimal. Namun, faktor-faktor makro ekonomi tetap menjadi pendorong utama pergerakan harga emas.
Kesimpulannya, walaupun terdapat potensi penurunan jangka pendek karena kesepakatan perdagangan, faktor geopolitik dan antisipasi inflasi lebih kuat mendorong kenaikan harga emas. Perkembangan situasi global dan data ekonomi akan terus memengaruhi pergerakan harga emas dalam waktu mendatang.
Leave a Comment