Eksplorasi Tambang Terintegrasi Harita Grup Pulau Obi: Petualangan Menakjubkan
Sumber: Liputan6.com

Perjalanan menuju Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku, kini terasa lebih mudah. Meskipun sebelumnya hanya dapat diakses melalui jalur udara yang panjang dan melelahkan, kini speed boat telah menjadi alternatif transportasi laut yang lebih cepat.

Pulau Obi sendiri telah menjadi sorotan sebagai lokasi kawasan pertambangan nikel terintegrasi milik Harita Nickel Group. Investasi besar-besaran dan pengembangannya mencerminkan komitmen pemerintah dalam mendorong hilirisasi sektor pertambangan.

Aksesibilitas Pulau Obi: Dari Penerbangan Panjang Menuju Transportasi Laut yang Lebih Cepat

Sebelumnya, mencapai Pulau Obi dari Jakarta membutuhkan waktu hampir 17 jam perjalanan udara. Rute penerbangan tersebut melewati Ternate dan kemudian Labuha, ibukota Halmahera Selatan.

Kini, kehadiran speed boat menawarkan alternatif perjalanan laut yang lebih cepat dan efisien, meski tetap tergantung pada kondisi cuaca. Hal ini tentu mempermudah akses bagi para pekerja dan pengunjung Pulau Obi.

Harita Nickel Group: Investasi Jumbo dan Operasional Pertambangan Nikel

Harita Nickel Group telah menggelontorkan investasi mencapai Rp 75 triliun hingga tahun 2024 untuk membangun pertambangan nikel terintegrasi di Pulau Obi.

Investasi besar ini menghasilkan operasional dua tambang utama, Trimegah Bangun Persada (TGP) beroperasi sejak 2011 dan PT Gane Permai Sentosa sejak 2010. Luas area pertambangan mencapai 11.550 hektare dengan cadangan dan sumber daya nikel mencapai 301,9 miliar ton.

Tambang lain seperti JMP dan OAM masih dalam tahap eksplorasi, sementara GTS dalam tahap persiapan awal. Total tenaga kerja di pertambangan Harita mencapai lebih dari 22 ribu orang, dengan 85 persen merupakan Warga Negara Indonesia dan 45 persen diantaranya berasal dari Maluku Utara.

Hilirisasi Nikel di Pulau Obi: Dari Smelter RKEF Hingga Teknologi HPAL

Harita Nickel Group tidak hanya fokus pada penambangan, tetapi juga berkomitmen pada hilirisasi nikel.

Komitmen ini diwujudkan melalui pembangunan fasilitas smelter nikel yang canggih. Fasilitas tersebut meliputi smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang pertama di Indonesia.

Smelter RKEF pertama, di bawah PT Megah Surya Pertiwi, mulai beroperasi pada 2015 dengan kapasitas 25.000 ton Ni/tahun. Setahun kemudian, produksi feronikel sebagai produk hilir dari nikel saprolit dimulai.

Pada 2019, pembangunan fasilitas HPAL dimulai dan mulai beroperasi pada 2021 dengan kapasitas 55.000 ton per tahun, memproduksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).

Smelter RKEF kedua beroperasi pada 2023 dengan kapasitas 95.000 ton per tahun, menandai ekspor perdana nikel sulfat dan cobalt sulfat. Pada tahun yang sama, PT Trimegah Bangun Persada Tbk melantai di bursa.

Tahun 2024 menandai produksi perdana MHP dari PT Obi Nickel Cobalt, proyek HPAL kedua. Saat ini, smelter ketiga PT Karunia Permai Sentosa sedang dalam tahap konstruksi dengan rencana kapasitas penuh 185.000 ton Ni per tahun.

Keberadaan pertambangan nikel terintegrasi di Pulau Obi, dengan investasi besar dan teknologi hilirisasi yang canggih, bukan hanya memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian Indonesia, tetapi juga membuka peluang kerja bagi masyarakat lokal. Ke depannya, peningkatan aksesibilitas melalui jalur laut diharapkan semakin memperkuat peran Pulau Obi dalam peta industri pertambangan nikel dunia.

Bagikan:

Tags:

Leave a Comment