Hilirisasi Batu Bara: 7 Perusahaan Raksasa Ini Dipilih ESDM
Sumber: Liputan6.com

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) resmi mewajibkan tujuh perusahaan tambang batu bara untuk melakukan hilirisasi. Kebijakan ini disampaikan langsung oleh Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Tri Winarno, dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi XII DPR RI pada Selasa, 6 Mei 2025.

Kewajiban hilirisasi ini merupakan tindak lanjut dari Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) yang dipegang oleh ketujuh perusahaan tersebut. Langkah ini diharapkan dapat mendorong peningkatan nilai tambah dari sektor pertambangan batu bara di Indonesia.

Tujuh Perusahaan Tambang yang Wajib Hilirisasi Batu Bara

Ketujuh perusahaan yang telah ditetapkan untuk melakukan hilirisasi batu bara adalah perusahaan-perusahaan besar yang memiliki peran penting dalam industri pertambangan nasional.

Mereka diharuskan untuk memproses batu bara menjadi produk turunan yang bernilai tambah lebih tinggi, sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.

Berikut rincian perusahaan dan rencana hilirisasi batu bara yang diwajibkan:

  • PT Adaro Indonesia: akan menghilrisasi batu bara menjadi metanol dan Dimetil eter (DME) dengan kapasitas input 6,75 juta ton per tahun. Investasi yang direncanakan mencapai 2,61 miliar dolar AS untuk metanol dan 2,83 miliar dolar AS untuk DME.
  • PT Arutmin Indonesia: akan memproses batu bara menjadi metanol dan amonia dengan kapasitas input 6 juta ton per tahun. Investasi diperkirakan mencapai 2,7 miliar dolar AS.
  • PT Kideco Jaya Agung: akan membangun pembangkit listrik tenaga mesin gas (PLTMG) pada tahap pertama dan memproduksi amonia-urea pada tahap kedua. Kapasitas input batu bara 56.835 ton per tahun untuk PLTMG dan 566.062 ton per tahun untuk amonia-urea. Investasi diperkirakan mencapai 11,178 juta dolar AS untuk PLTMG dan 244,23 juta dolar AS untuk amonia-urea.
  • PT Multi Harapan Utama: akan menghilrisasi batu bara menjadi semikokas dengan kapasitas input 1 juta ton per tahun. Investasi diperkirakan mencapai 81,3 juta dolar AS.
  • PT Tanito Harum: juga akan memproduksi semikokas dengan kapasitas input 300 ribu ton per tahun. Investasi diperkirakan mencapai 42,23 juta dolar AS.
  • PT Berau Coal: akan memproduksi metanol dari batu bara dengan kapasitas input 3,49 juta ton per tahun. Investasi yang direncanakan mencapai 774,8 juta dolar AS.
  • PT Kaltim Prima Coal: akan menghilrisasi batu bara menjadi metanol dengan kapasitas input 6,5 juta ton per tahun. Investasi diperkirakan mencapai 2,177 miliar dolar AS.

Tri Winarno menambahkan bahwa proses hilirisasi ini masih menghadapi beberapa kendala dan saat ini tengah dalam tahap diskusi dan pengawasan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Tantangan dan Kendala Hilirisasi Batu Bara

Meskipun memiliki potensi besar, hilirisasi batu bara juga menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah ketersediaan teknologi dan pendanaan yang cukup besar.

Selain itu, diperlukan juga regulasi yang mendukung dan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, perusahaan, dan akademisi untuk memastikan keberhasilan program ini.

Hilirisasi sebagai Kunci Keluar dari Middle Income Trap

Anggota Komisi XII DPR RI, Gandung Pardiman, menekankan pentingnya hilirisasi sebagai kunci bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap).

Hilirisasi berbagai komoditas, termasuk batu bara, diyakini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas, serta membuka lapangan kerja yang luas.

Indonesia memiliki potensi besar pada 28 komoditas unggulan. Dengan penguasaan teknologi dan dukungan riset, hilirisasi dapat menjadi penggerak utama kemajuan ekonomi Indonesia.

Pemanfaatan bonus demografi juga menjadi faktor kunci keberhasilan hilirisasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kesimpulannya, hilirisasi batu bara merupakan langkah strategis pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah sektor pertambangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Meskipun ada tantangan yang harus diatasi, kesuksesan program ini berpotensi besar untuk membawa Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah dan menuju negara maju yang sejahtera.

Bagikan:

Tags:

Leave a Comment