Kisah Inspiratif Dimas: Penjaga Batik Tulis Tasikmalaya Terakhir
Sumber: Liputan6.com

Dimas Batik, usaha batik tulis yang berlokasi di Indihiang, Tasikmalaya, telah bertahan selama lebih dari tiga dekade. Didirikan oleh Aisha Nadia pada tahun 1987, Dimas Batik hingga kini menjadi satu-satunya perajin batik tulis di Tasikmalaya yang konsisten menggunakan teknik tradisional dengan malam atau lilin.

Di tengah persaingan ketat dari batik printing modern, Dimas Batik tetap teguh menjaga warisan budaya batik tulis. Komitmen ini diwujudkan melalui proses produksi yang penuh detail dan mempertahankan kualitas tinggi.

Kegigihan Menjaga Tradisi Batik Tulis

Dimas Batik, UMKM binaan PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat, mempekerjakan 25 perajin batik. Lima belas perajin bekerja di pabrik, sementara sepuluh lainnya merupakan ibu rumah tangga yang bekerja dari rumah.

Aisha Nadia, pemilik Dimas Batik, menekankan pentingnya mempertahankan tradisi sambil memberdayakan perempuan. Hal ini memungkinkan mereka untuk tetap produktif secara ekonomi tanpa mengorbankan peran keluarga.

Perjalanan Aisha membangun Dimas Batik tidak mudah. Ia menghadapi berbagai tantangan, termasuk kesulitan memasarkan produknya di awal usaha.

Kisah perjuangannya menunjukkan keuletan dan dedikasi. Ia rela membawa karung kain batik ke calon pembeli dan pernah diusir satpam karena disangka pemulung.

Bantuan dana sebesar Rp50 juta dari Pertamina dua bulan sebelum pandemi COVID-19 menjadi titik balik. Dana tersebut digunakan untuk membeli tanah dan membangun galeri permanen.

Ekspansi Pasar dan Keunikan Motif Batik Dimas

Ironisnya, di masa pandemi, permintaan batik Dimas justru meningkat pesat. Desainer ternama di Bandung dan Jakarta memesan batik untuk kalangan pejabat negara dan selebriti.

Saat ini, Dimas Batik telah menjadi salah satu perajin batik terbesar di Tasikmalaya. Produk-produknya telah merambah berbagai daerah di Indonesia, bahkan hingga Singapura dan Jepang.

Pasar ekspor, terutama Jepang, memiliki preferensi khusus pada motif bunga kecil. Dimas Batik pun beradaptasi dengan menawarkan motif seperti melati, sakura, dan truntum.

Untuk memperluas pasar ekspor, Dimas Batik aktif mengikuti pelatihan, termasuk Pertamina UMK Academy kelas Go Global pada tahun 2024. Hal ini menunjukkan komitmen mereka untuk terus berkembang.

Motif batik Dimas Batik memiliki filosofi yang mendalam. Beberapa motif andalannya antara lain:

  • Merak Ngibing: Menggambarkan keindahan burung merak dengan warna-warna cerah dan penuh energi.
  • Tiga Negeri: Kombinasi budaya Jawa, Pekalongan, dan Lasem, melambangkan keragaman dan harmoni.
  • Cupat Manggu: Terinspirasi dari buah manggis dengan pola geometris dan organik, mencerminkan kesegaran alam.
  • Sidomukti: Simbol harapan dan kemakmuran, sering digunakan dalam acara adat dan pernikahan.

Dukungan Pertamina dan Harapan Masa Depan

Area Manager Communication, Relation & CSR Regional JBB PT Pertamina Patra Niaga, Eko Kristiawan, mengapresiasi kegigihan Dimas Batik. Perusahaan bangga mendukung UMKM yang mampu mempertahankan tradisi dan menembus pasar global.

Program pendanaan dan pelatihan Pertamina bertujuan untuk membantu UMKM naik kelas. Hal ini sejalan dengan semangat Asta Cita ketiga pemerintahan Prabowo-Gibran.

Kisah sukses Dimas Batik menunjukkan sinergi antara pelestarian budaya dan pertumbuhan ekonomi. Pendampingan yang tepat mampu mendorong UMKM untuk berkembang.

Dedikasi Aisha Nadia dan dukungan Pertamina menjadikan Dimas Batik lebih dari sekadar pelaku industri kreatif. Mereka menjadi penjaga warisan budaya bangsa.

Di era serba instan, pilihan Aisha untuk tetap menggunakan teknik tradisional membuktikan bahwa setiap goresan malam pada kain batik merupakan jejak sejarah yang tak ternilai harganya. Dimas Batik menjadi contoh nyata bagaimana warisan budaya dapat dipadukan dengan kemajuan ekonomi, menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan negara.

Bagikan:

Tags:

Leave a Comment