Setiap iPhone memajang label “Designed by Apple in California,” namun realitanya, proses manufaktur sebagian besar terjadi di luar Amerika Serikat. Meskipun dirancang di California, mayoritas iPhone, diperkirakan mencapai 9 dari 10 unit, diproduksi di China. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang kebijakan pemerintah AS dan dampaknya terhadap industri teknologi global.

Produksi iPhone di China telah berjalan selama bertahun-tahun, menghasilkan penjualan lebih dari 220 juta unit setiap tahunnya. Namun, rencana pemerintah AS untuk memindahkan produksi ke dalam negeri menimbulkan tantangan besar bagi Apple dan industri teknologi secara keseluruhan.

Ambisi Pemerintah AS: Memboyong Produksi iPhone ke Negeri Paman Sam

Pemerintahan Trump sebelumnya telah menyatakan keinginannya agar produksi iPhone dipindahkan ke Amerika Serikat. Hal ini didorong oleh kekhawatiran atas ketergantungan Amerika Serikat pada China untuk memproduksi teknologi penting.

Karoline Leavitt, Sekretaris Pers Gedung Putih, menegaskan bahwa Amerika Serikat tidak dapat terus bergantung pada China untuk memproduksi barang-barang teknologi penting seperti semikonduktor, chip, smartphone, dan laptop. Upaya memindahkan produksi ke AS pun terus digencarkan.

Tantangan Besar: Realita vs. Ideal

Namun, mengangkat produksi iPhone dari China dan memindahkannya ke AS merupakan tantangan yang sangat besar. Banyak ahli berpendapat bahwa hal ini hampir mustahil dilakukan dalam waktu dekat.

Eli Friedman, mantan penasihat akademis Apple, menyebut gagasan tersebut sebagai “fantasi belaka.” Ia mengungkapkan bahwa Apple telah menjajaki diversifikasi rantai pasokan sejak 2013, namun AS bukan pilihan yang layak karena berbagai kendala.

Vietnam dan India dinilai sebagai lokasi alternatif yang lebih memungkinkan untuk perakitan iPhone. Namun, China tetap menjadi basis produksi utama hingga saat ini.

Infrastruktur dan Tenaga Kerja: Kesenjangan yang Signifikan

AS saat ini belum memiliki infrastruktur dan tenaga kerja yang memadai untuk menampung produksi iPhone dalam skala besar.

Tinglong Dai, profesor bisnis di Universitas Johns Hopkins, mengungkapkan bahwa AS kekurangan tenaga kerja yang terampil dan telah kehilangan kemampuan produksi dalam skala besar. Hal ini menjadi hambatan utama dalam memindahkan produksi dari China.

Sebagai perbandingan, Foxconn, perusahaan yang merakit iPhone, mempekerjakan 300.000 orang di kota Zhengzhou, China, pusat produksi iPhone utama. Bahkan Tim Cook pernah menyatakan pada tahun 2017 bahwa Apple memilih China bukan karena upah murah, melainkan karena kualitas dan kuantitas tenaga kerja yang terampil.

Kesimpulannya, memindahkan produksi iPhone ke AS menghadapi hambatan yang kompleks dan rumit. Ketersediaan infrastruktur, tenaga kerja terampil, dan rantai pasokan yang terintegrasi di China menjadi faktor kunci yang sulit untuk direplikasi di Amerika Serikat dalam waktu singkat. Meskipun ambisi untuk mengurangi ketergantungan pada China patut di apresiasi, merealisasikannya dalam sektor manufaktur teknologi canggih seperti iPhone memerlukan perencanaan jangka panjang dan investasi yang besar.

Bagikan:

Tags:

Leave a Comment