Dunia paleontologi menyimpan banyak misteri, dan salah satu cara untuk mengungkapnya adalah dengan meneliti sesuatu yang mungkin tak terduga: kotoran dinosaurus. Karen Chin, seorang pakar paleontologi, telah mengabdikan sebagian besar kariernya untuk mempelajari fosil feses dinosaurus, memberikan wawasan unik tentang kehidupan dan perilaku makhluk purba ini.

Perjalanan Chin dalam dunia feses dinosaurus bermula saat ia masih muda, membantu ahli paleontologi Jack Horner di sebuah penggalian di Montana. Pengalaman tersebut membawanya pada sebuah penemuan yang mengubah hidupnya—seonggok feses dinosaurus yang telah membatu.

Mengungkap Rahasia dari Kotoran Dinosaurus

Awalnya, tugas Chin adalah memotong tipis fosil tulang untuk analisis mikroskopis. Namun, ia tertarik pada feses dinosaurus dan mengajukan diri untuk menelitinya. Analisis mikroskopis tersebut membuka mata Chin pada detail menakjubkan tentang kehidupan dinosaurus jutaan tahun lalu.

Chin mampu melihat sel tumbuhan yang dicerna oleh dinosaurus 75 juta tahun yang lalu. Penemuan ini membuktikan bahwa feses dinosaurus merupakan sumber informasi berharga tentang pola makan dan lingkungan hidup mereka.

Sejak saat itu, Chin menjadi ahli terkemuka dalam bidang coprolit (nama ilmiah untuk feses dinosaurus yang membatu). Ia bahkan menulis buku anak-anak berjudul ‘The Clues are in the Poo’, yang menunjukkan betapa menariknya penelitiannya.

Koleksi Coprolit dan Temuan Menakjubkan

Kantor Chin dipenuhi oleh kotak-kotak kecil berisi feses dinosaurus yang telah mengering. Koleksi ini menggambarkan dedikasi dan luasnya penelitian yang telah dilakukannya.

Feses dinosaurus ini, menurut Chin, tampak seperti batu hitam yang bersudut, berbeda dari bayangan bentuk sosis yang mungkin terlintas di pikiran kebanyakan orang. Ukurannya pun beragam; Chin pernah menemukan tumpukan feses terbesar yang volumenya mencapai enam liter, sedikit lebih kecil dari bola basket.

Menariknya, Chin membandingkan tumpukan feses dinosaurus dengan pengelolaan kotoran hewan di kebun binatang modern. Hal ini menunjukkan bagaimana studi coprolit dapat memberi informasi yang relevan, bahkan dengan konteks pengelolaan satwa saat ini.

Pola Makan Dinosaurus Berdasarkan Feses

Dari penelitiannya, Chin telah berhasil mengungkap banyak rahasia tentang pola makan dinosaurus. Misalnya, ia menyimpulkan bahwa Tyrannosaurus Rex menelan mangsanya secara utuh, tulang dan semua, karena rahangnya tidak mampu mengunyah dengan baik.

Salah satu temuan paling menarik Chin adalah penemuan sejumlah besar kayu yang dicerna dalam feses dinosaurus herbivora. Ini mengejutkan karena hewan herbivora modern tidak dapat mencerna kayu karena lignin, zat seperti lem yang menyatukan sel-sel kayu.

Namun, Chin menemukan bukti kayu yang telah terurai dalam kotoran dinosaurus pemakan tumbuhan, bersama dengan cangkang krustasea. Ia menyimpulkan bahwa dinosaurus herbivora ini memakan kayu yang telah membusuk, bukan kayu segar.

Jamur pelapuk putih, yang mampu memecah lignin, kemungkinan besar berperan dalam proses pencernaan kayu oleh dinosaurus herbivora ini. Penemuan ini menunjukkan bahwa perilaku makan dinosaurus herbivora mungkin berbeda dari hewan herbivora modern.

Penelitian Karen Chin tentang coprolit telah memberikan kontribusi signifikan dalam pemahaman kita tentang kehidupan dan perilaku dinosaurus. Melalui analisis feses dinosaurus, kita dapat menggali detail yang tidak terungkap oleh fosil tulang belulang saja, memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kehidupan di masa prasejarah.

Bagikan:

Tags:

Leave a Comment