Meta, perusahaan induk Facebook, nyaris mengakuisisi startup kecerdasan buatan (AI) Perplexity. Namun, rencana tersebut gagal terealisasi. Informasi ini berdasarkan sumber anonim yang dikutip oleh CNBC pada Selasa (24/6/2025). Kedua pihak sepakat untuk membatalkan negosiasi akuisisi.
Meskipun terdapat sumber lain yang menyebutkan Perplexity yang menarik diri, baik Meta maupun Perplexity memilih untuk tidak memberikan pernyataan resmi mengenai hal ini. Kegagalan akuisisi ini rupanya tidak menyurutkan langkah Meta dalam dunia AI.
Kegagalan Akuisisi Perplexity dan Strategi Baru Meta
Kegagalan akuisisi Perplexity ternyata tidak menghentikan langkah Meta di ranah AI. Langkah strategis lain langsung diambil perusahaan tersebut.
Meta justru melakukan investasi besar-besaran, yakni sebesar USD 14,3 miliar (sekitar Rp 230 triliun) ke Scale AI. Investasi ini memberikan Meta 49 persen saham Scale AI.
Menariknya, meskipun memiliki mayoritas saham, Meta tidak memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan di Scale AI. Ini menunjukkan pendekatan strategis Meta yang lebih fokus pada akses teknologi dan talenta.
Sebagai bagian dari kesepakatan, pendiri Scale AI, Alexandr Wang, dan beberapa karyawan kunci akan bergabung dengan Meta. Hal ini menunjukkan komitmen Meta untuk memperkuat kapabilitas AI mereka.
Akuisisi Saham Mayoritas Scale AI dan Pengembangan AI Superintelligence
Investasi Meta di Scale AI, menurut laporan Reuters, bernilai USD 15 miliar. Akibatnya, valuasi Scale AI kini melampaui USD 29 miliar.
Kemitraan ini bukan hanya sekedar transaksi finansial, tetapi juga strategi penting dalam persaingan AI global. Dengan investasi ini, Meta mendapatkan akses pada teknologi dan keahlian Scale AI.
Alexandr Wang, kini memimpin laboratorium penelitian AI di Meta yang beranggotakan 50 orang. Laboratorium ini berfokus pada pengembangan Artificial Superintelligence (ASI).
ASI, atau kecerdasan buatan super, merupakan sistem AI yang dirancang untuk melampaui kemampuan kognitif manusia. Ini menunjukkan ambisi besar Meta dalam memimpin inovasi AI.
Dengan langkah ini, Meta menunjukkan niatnya untuk bersaing dengan perusahaan teknologi raksasa lainnya seperti OpenAI, Google, dan Microsoft dalam pengembangan AI generasi berikutnya.
Ambisi Mark Zuckerberg dan Tim Elit Pengembang AI
Ambisi Meta dalam AI semakin terlihat jelas dari langkah CEO Mark Zuckerberg. Ia dilaporkan tengah membentuk tim elit untuk mengembangkan AI superintelligence.
Bloomberg dan The New York Times melaporkan perekrutan intensif para ahli AI terbaik, mulai dari peneliti hingga insinyur infrastruktur.
Proses perekrutan yang unik dilakukan melalui grup WhatsApp internal bernama “Recruiting Party”, bahkan kandidat diundang makan bersama Zuckerberg di kediamannya di California.
Tujuan Meta untuk menciptakan AI superintelligence adalah lompatan besar melampaui Artificial General Intelligence (AGI). AGI sendiri merupakan AI dengan kecerdasan setara manusia.
Superintelligence, target jangka panjang Zuckerberg, merupakan AI dengan kemampuan intelektual jauh melebihi manusia. Ini menunjukkan visi Meta yang sangat ambisius di bidang AI.
Langkah-langkah strategis Meta ini menunjukkan komitmen perusahaan untuk menjadi pemain utama di dunia AI. Kegagalan akuisisi Perplexity tampaknya tidak menghalangi, malah memicu strategi baru yang lebih besar dan agresif.
Ke depannya, menarik untuk melihat bagaimana strategi Meta ini akan berdampak pada persaingan AI global dan bagaimana inovasi yang dihasilkan akan mengubah berbagai aspek kehidupan manusia.
Leave a Comment