Meskipun setiap iPhone bertuliskan “Designed by Apple in California,” kenyataannya sebagian besar perangkat ikonik ini diproduksi di China. Ketergantungan Apple pada manufaktur China telah menjadi sorotan, terutama dengan naik turunnya kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
Dengan penjualan lebih dari 220 juta unit iPhone per tahun, sekitar 90% di antaranya berasal dari pabrik-pabrik di China. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang kompleksitas rantai pasokan global Apple dan potensi dampak kebijakan proteksionis terhadap perusahaan teknologi raksasa ini.
Jejak Apple di Negeri Tirai Bambu
Perjalanan Apple di China dimulai sejak tahun 1990-an, awalnya hanya menjual komputer melalui distributor pihak ketiga.
Namun, di tengah kesulitan keuangan pada tahun 1997, China menjadi kunci bagi Apple untuk bangkit kembali. Ekonomi China yang sedang berkembang menawarkan kesempatan produksi massal dan tenaga kerja yang melimpah.
Secara resmi, Apple hadir di China pada tahun 2001, membangun kemitraan strategis dengan Foxconn, raksasa manufaktur elektronik asal Taiwan.
Kolaborasi ini menghasilkan produksi massal iPod, iMac, dan akhirnya iPhone, menandai babak baru bagi Apple dan industri teknologi global.
Dari iPod hingga iPhone: Peran Foxconn dan Kota iPhone
Awalnya, China belum sepenuhnya siap untuk memproduksi iPhone.
Namun, Apple secara aktif membimbing dan mengembangkan pemasok lokalnya, membantu mereka berkembang menjadi pemain utama dalam industri manufaktur global.
Puncaknya adalah berdirinya pabrik Foxconn di Zhengzhou, yang kini dikenal sebagai “Kota iPhone,” merupakan pusat produksi iPhone terbesar di dunia.
Sebagian besar iPhone yang beredar saat ini diproduksi di fasilitas megah ini, menunjukkan betapa pentingnya peran China dalam keberhasilan Apple.
Rantai Pasokan Global dan Ketergantungan pada China
Komponen iPhone sendiri berasal dari berbagai negara, termasuk chip canggih yang dibuat oleh TSMC di Taiwan.
Namun, proses perakitan dan integrasi komponen, termasuk unsur tanah jarang untuk fitur audio dan kamera, banyak dilakukan di China.
Dari 187 pemasok utama Apple pada tahun 2024, sekitar 150 di antaranya memiliki pabrik di China. CEO Apple, Tim Cook, bahkan pernah menyatakan bahwa tidak ada rantai pasokan lain yang lebih penting bagi Apple daripada China.
Pernyataan ini menggarisbawahi betapa kuatnya ketergantungan Apple pada ekosistem manufaktur yang terintegrasi di China.
Ke depan, perlu dikaji lebih dalam strategi diversifikasi manufaktur Apple guna meminimalisir risiko ketergantungan pada satu negara, terutama dalam menghadapi ketidakpastian geopolitik.
Meskipun kebijakan tarif impor telah memberikan sedikit keringanan, risiko perubahan kebijakan di masa depan tetap ada dan perlu diantisipasi.
Leave a Comment