Solstis 21 Juni 2025: Dampaknya Bagi Indonesia? BRIN Menjelaskan
Sumber: Liputan6.com

Pada tanggal 21 Juni 2025, Belahan Bumi Utara akan mengalami fenomena Solstis Musim Panas atau Titik Balik Matahari. Peristiwa tahunan ini menandai titik balik penting dalam pergerakan semu tahunan matahari dan berpengaruh signifikan terhadap pola musim global, termasuk di Indonesia.

Berbeda dengan di Belahan Bumi Utara yang menjadikan solstis sebagai penanda awal musim panas, Indonesia merasakan dampaknya sebagai awal musim kemarau. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai fenomena ini berdasarkan penjelasan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Penjelasan Solstis Utara dari BRIN

Menurut BRIN, solstis utara terjadi ketika matahari mencapai posisi paling utara di langit Bumi. Hal ini disebabkan oleh kemiringan sumbu rotasi Bumi sebesar 23,5 derajat saat mengorbit matahari.

Sejak 22 Desember hingga 21 Juni, titik terbit dan terbenam matahari bergeser perlahan ke arah utara. Pada 21 Juni, matahari tampak “berhenti” di titik paling utara sebelum bergeser ke selatan.

Pergeseran ini diakibatkan oleh kemiringan sumbu rotasi Bumi, yang menyebabkan perubahan sudut penyinaran matahari terhadap permukaan Bumi sepanjang tahun. Ini merupakan siklus alami yang memengaruhi iklim dan musim di berbagai belahan dunia.

Dampak Solstis di Indonesia

Solstis memiliki dampak signifikan terhadap kehidupan di Bumi. Di Belahan Bumi Utara, ia menandai awal musim panas, sementara di Belahan Bumi Selatan menandai awal musim dingin.

Di Indonesia, solstis menandai awal musim kemarau. Perubahan posisi matahari memengaruhi pemanasan bumi, arah angin, dan pergerakan awan.

Setelah solstis utara, angin umumnya bertiup dari selatan ke utara. Angin ini mendorong pembentukan awan ke arah utara, sehingga Indonesia memasuki musim kemarau.

Perubahan pola angin dan curah hujan ini memiliki implikasi penting bagi berbagai sektor, termasuk pertanian dan pengelolaan sumber daya air. Memahami siklus ini sangat penting untuk perencanaan dan mitigasi.

Pentingnya Memahami Fenomena Astronomi

Pemahaman akan fenomena astronomi seperti solstis sangat penting untuk berbagai bidang, mulai dari pertanian hingga mitigasi bencana. Ini membantu dalam antisipasi peralihan musim yang lebih baik.

Di berbagai tempat di dunia, fenomena solstis telah digunakan secara historis untuk memantau musim. Contohnya, Stonehenge di Inggris dan bayangan stupa Candi Borobudur di Indonesia.

Di Indonesia, pengamatan bayangan stupa Borobudur pada saat solstis memberikan informasi berharga terkait peralihan musim. Ini menunjukkan kearifan lokal dalam pemanfaatan pengetahuan astronomi.

Pentingnya literasi sains terkait fenomena astronomi ini perlu terus digalakan. Edukasi publik mengenai peristiwa langit seperti solstis akan meningkatkan kemampuan antisipasi dan mitigasi dampak perubahan musim.

Dengan memahami pola astronomi, kita dapat mengambil langkah-langkah yang lebih efektif dalam menghadapi perubahan musim dan mengurangi dampak negatifnya terhadap kehidupan manusia. Solstis bukan hanya peristiwa langit yang menarik, tetapi juga memiliki peran penting dalam kehidupan kita sehari-hari.

Bagikan:

Tags:

Leave a Comment