Bank Indonesia (BI) baru-baru ini merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2025. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan melambat, berada di bawah titik tengah kisaran 4,7% hingga 5,5%.

Penurunan proyeksi ini, menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, merupakan dampak langsung dan tidak langsung dari kebijakan tarif yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Hal ini disampaikan dalam konferensi pers virtual Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Rabu, 23 April 2025.

Dampak Kebijakan Tarif AS terhadap Ekonomi Indonesia

Kebijakan tarif AS menurunkan ekspor Indonesia ke AS. Ini merupakan dampak langsung yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, ada dampak tidak langsung berupa penurunan permintaan ekspor dari negara-negara mitra dagang Indonesia lainnya, terutama Tiongkok. Hal ini menciptakan efek domino yang memperlambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Kondisi Ekonomi Indonesia Triwulan I-2025

Meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi tahunan direvisi ke bawah, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2025 masih terjaga. Konsumsi rumah tangga tetap tumbuh positif.

Hal ini didukung oleh keyakinan pelaku ekonomi yang masih positif dan kondisi penghasilan yang relatif stabil. Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR), belanja sosial, dan berbagai insentif pemerintah juga berkontribusi pada peningkatan konsumsi.

Kenaikan permintaan musiman selama perayaan Idulfitri 1446 H turut mendorong konsumsi rumah tangga. Investasi, terutama di sektor non-bangunan, juga tetap menopang pertumbuhan ekonomi.

Peningkatan impor barang modal, khususnya alat-alat berat, menunjukkan aktivitas investasi yang masih berlangsung. Ekspor nonmigas pada triwulan I 2025 juga meningkat.

Peningkatan tersebut terutama didorong oleh komoditas manufaktur, seperti mesin serta besi dan baja, yang diekspor ke negara-negara ASEAN. Pertumbuhan ekonomi di berbagai wilayah Indonesia juga terindikasi baik, khususnya di Kalimantan dan Jawa.

Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ke Depan

Ke depannya, kebijakan tarif resiprokal AS dan langkah retaliasi dari Tiongkok, serta potensi retaliasi dari negara lain, berpotensi mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia. BI akan terus memantau perkembangan ini secara ketat.

Potensi dampak negatif dari kebijakan proteksionis global perlu diwaspadai. Pemerintah dan BI perlu menyiapkan strategi untuk menghadapi tantangan ini dan menjaga stabilitas ekonomi nasional.

Diversifikasi pasar ekspor dan peningkatan daya saing produk Indonesia menjadi krusial untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS dan Tiongkok. Penguatan sektor domestik juga penting untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

Secara keseluruhan, meskipun terdapat penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2025, kondisi ekonomi Indonesia di triwulan I-2025 masih menunjukkan tren positif. Namun, tantangan eksternal berupa kebijakan proteksionisme global perlu diantisipasi dengan strategi yang tepat dan terukur.

Ketahanan ekonomi domestik dan diversifikasi pasar ekspor menjadi kunci untuk menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global.

Bagikan:

Tags:

Leave a Comment