Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan gencatan senjata antara Iran dan Israel. Pengumuman ini menyusul serangan rudal Iran ke Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar. Konflik ini, bagaimanapun, tak hanya terbatas pada pertempuran fisik. Perang juga meluas ke dunia digital, melibatkan serangan siber dan manipulasi informasi.
Konflik Iran-Israel tidak hanya melibatkan rudal balistik, tetapi juga pertempuran di ranah digital. Hal ini terlihat dari berbagai tindakan yang dilakukan kedua belah pihak, baik berupa seruan kepada masyarakat maupun serangan siber yang masif.
WhatsApp Jadi Sasaran, Iran Minta Warganya Menghapus Aplikasi
Pemerintah Iran, melalui siaran televisi nasional, meminta warganya untuk menghapus aplikasi WhatsApp dari smartphone mereka. Kekhawatiran akan pengumpulan data pengguna oleh WhatsApp dan pembagiannya kepada Israel menjadi alasan utama.
Selain WhatsApp, warga Iran juga diminta menghindari aplikasi berbasis lokasi. Hal ini untuk mencegah pelacakan dan pemantauan lokasi mereka.
WhatsApp membantah tuduhan tersebut, dengan alasan aplikasi mereka telah menggunakan teknologi enkripsi end-to-end. Artinya, pesan yang dikirimkan hanya dapat dibaca oleh pengirim dan penerima, tanpa akses pihak ketiga, termasuk WhatsApp sendiri.
Perang Siber Iran-Israel: Eskalasi Konflik di Dunia Maya
Konflik Iran-Israel juga telah merambah ke dunia siber. Ahli keamanan siber Christin Flynn Goodwin mencatat adanya pertempuran siber yang intens antara kedua negara.
Goodwin menunjuk Unit 8200 Israel dan Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) serta Institut Mabna sebagai aktor utama dalam perang siber ini. Kedua belah pihak memiliki kapabilitas siber yang canggih dan telah terlibat dalam berbagai serangan dunia maya.
Sejak serangan rudal Israel ke Teheran, serangan siber pun meningkat. Potensi dampaknya pun sangat berbahaya, mulai dari gangguan infrastruktur hingga sabotase sistem vital.
Dampak Serangan Siber
Serangan siber yang meningkat secara signifikan berpotensi membahayakan infrastruktur kritis. Sistem pemanas, jaringan listrik, dan pasokan air menjadi target yang rawan diserang.
Ragnar Cybersecurity memperkirakan serangan siber yang diluncurkan Iran meningkat hingga 700 persen, yang menargetkan Israel. Serangan ini bahkan mencakup pengiriman pesan teks ancaman teror kepada ribuan warga Israel.
Dua perusahaan keamanan siber telah mendesak perusahaan Amerika untuk meningkatkan pertahanan siber mereka. Para peretas yang disponsori negara Iran telah diketahui secara agresif menyerang infrastruktur AS dalam konflik sebelumnya.
Hacker Israel Diduga Lumpuhkan Ekonomi Iran
Sebuah kelompok hacker yang diduga terkait dengan Israel dikabarkan telah mengganggu operasional bank-bank di Iran. Mereka juga dituduh membanjiri pasar kripto dengan dana curian senilai USD 90 juta.
Pihak berwenang Israel juga melaporkan adanya pesan palsu yang disebarluaskan untuk menimbulkan kepanikan. Pesan tersebut berisi peringatan akan serangan teroris ke tempat penampungan bom.
Kelompok hacker anti-Iran, Gonjeske Darande alias Predatory Sparrow, mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap Bank Sepah Iran. Serangan ini menyebabkan kesulitan bagi masyarakat Iran untuk mengakses rekening bank mereka.
Bank Sepah sendiri pernah disanksi oleh Departemen Keuangan AS pada tahun 2018 karena diduga mendukung program nuklir Iran.
Konflik Iran-Israel telah melampaui pertempuran fisik dan masuk ke ranah digital. Baik Iran maupun Israel menunjukkan kemampuan siber yang canggih, dengan potensi dampak yang signifikan terhadap infrastruktur kritis dan keamanan nasional. Peningkatan serangan siber dan upaya manipulasi informasi menandakan babak baru dalam konflik ini, yang membutuhkan perhatian serius dari komunitas internasional.
Leave a Comment