WhatsApp tetap menjadi platform jualan favorit UMKM di Indonesia, meskipun media sosial lain semakin populer. Banyak UMKM, terutama yang masih berjualan secara konvensional, lebih memilih kemudahan berinteraksi langsung dengan pelanggan melalui aplikasi pesan instan ini.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menjelaskan bahwa penetrasi UMKM ke ekosistem digital masih rendah. Banyak pengusaha yang baru beralih ke penjualan online memulai dengan WhatsApp.
WhatsApp: Primadona Jualan Online UMKM
Berdasarkan data yang dikumpulkan, sekitar 90 persen pelaku UMKM yang berjualan online menggunakan WhatsApp sebagai kanal utama. Baru setelahnya mereka menggunakan media sosial seperti Facebook, Instagram, dan TikTok.
Hal ini menunjukkan preferensi UMKM terhadap platform yang dianggap lebih mudah dan langsung dalam berinteraksi dengan konsumen. WhatsApp dinilai lebih efektif untuk membangun hubungan personal dengan pelanggan.
Hanya sekitar 26 persen UMKM yang memanfaatkan platform e-commerce untuk berjualan. Sedangkan sekitar 60 persen UMKM lebih memilih media sosial dan WhatsApp.
Kemudahan penggunaan dan interaksi langsung menjadi alasan utama UMKM memilih WhatsApp dan media sosial ketimbang platform e-commerce. Biaya operasional yang lebih rendah juga menjadi pertimbangan.
Strategi UMKM di Media Sosial: Konten dan Storytelling
Media sosial menjadi alat pemasaran yang efektif bagi UMKM. Konten kreatif dan menarik mampu menjangkau audiens yang luas.
Hernanda Prisniaty, pemilik Glammore Flowershop Bandung, misalnya, memanfaatkan video proses merangkai bunga untuk menarik perhatian di Instagram dan TikTok. Video tersebut lebih menarik dibandingkan hanya menampilkan foto hasil akhir.
Ia menyadari kekuatan jangkauan media sosial dan algoritma yang dapat memperluas visibilitas produknya. Instagram, TikTok, dan Facebook dipilih karena kemudahan dalam mempromosikan produk melalui foto dan video.
Nanda, sapaan akrab Hernanda, memanfaatkan berbagai fitur media sosial untuk menjangkau target pasarnya. Ia juga aktif berinteraksi dengan pelanggannya melalui berbagai fitur yang ada.
Kekuatan Storytelling dan Konten Rekomendasi
Syifa, pemilik Baso Aci BEUH!, menambahkan storytelling pada konten videonya untuk menarik minat konsumen. Cerita yang menarik dan visual yang apik mampu meningkatkan daya tarik produknya.
Konten video yang menarik dan relevan meningkatkan kesempatan kontennya masuk ke “For Your Page” (FYP) di TikTok. Hal ini efektif untuk menjaring pelanggan baru.
Konten yang viral di media sosial juga dapat meningkatkan jangkauan secara organik. Umpan balik positif dari pelanggan dan rekomendasi dari pengguna lain sangat membantu pemasaran produk.
Baik Nanda maupun Syifa setuju bahwa konten yang menarik dan relevan serta strategi storytelling sangat berperan penting dalam keberhasilan pemasaran produk mereka di media sosial.
Kesimpulannya, meskipun platform e-commerce semakin berkembang, WhatsApp masih menjadi tulang punggung penjualan online bagi mayoritas UMKM di Indonesia karena kemudahan dan interaksi langsung. Namun, penggunaan media sosial dengan strategi konten yang tepat, seperti storytelling dan memanfaatkan algoritma platform, juga terbukti efektif untuk memperluas pasar dan meningkatkan penjualan.
Leave a Comment