Pelabuhan Tanjung Priok baru-baru ini mengalami kemacetan parah pada tanggal 17 dan 18 April 2025. Kejadian ini menimbulkan berbagai masalah bagi para pelaku bisnis dan pengguna jasa pelabuhan. Pelindo, operator pelabuhan, telah melakukan investigasi menyeluruh untuk mengungkap penyebabnya dan mencari solusi jangka pendek dan panjang.
Hasil investigasi menunjukkan bahwa kemacetan utamanya disebabkan oleh kesalahan perencanaan operasional di Terminal NPCT1. Terminal ini melayani jumlah pelanggan yang jauh melebihi kapasitas ideal, mengakibatkan penumpukan peti kemas yang signifikan. Kejadian ini sama sekali tidak terkait dengan pembatasan angkutan selama Lebaran.
Penyebab Kemacetan di Terminal NPCT1
Kemacetan di Pelabuhan Tanjung Priok terkonsentrasi di Terminal NPCT1. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan.
Tiga kapal bersandar bersamaan di NPCT1. Kondisi ini menambah beban operasional terminal yang sudah beroperasi di atas kapasitas ideal.
Tingkat kepadatan lapangan (Yard Occupancy Ratio – YOR) melebihi ambang normal. Akibatnya, proses bongkar muat menjadi terhambat.
Alat bongkar muat (RTG) kewalahan melayani penerimaan dan pengiriman peti kemas. Kapasitas peralatan yang ada tidak mencukupi untuk menangani lonjakan aktivitas.
Terminal petikemas internasional lainnya, seperti JICT, KOJA, MAL, dan Terminal 3, tidak mengalami masalah serupa. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan terkonsentrasi di NPCT1.
Upaya Penanganan Kemacetan dan Pemulihan
Pelindo, bersama otoritas terkait, segera mengambil langkah untuk mengatasi kemacetan di NPCT1. Beberapa strategi diterapkan untuk mengembalikan operasional pelabuhan ke kondisi normal.
Kapal yang akan bongkar dipindahkan ke terminal lain. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi kepadatan di NPCT1.
Pengawasan terhadap keluar masuk barang diperketat. Hal ini untuk memastikan situasi kembali normal dan mencegah penumpukan lebih lanjut.
Kemacetan berhasil dikendalikan pada malam tanggal 18 April dan kembali normal sepenuhnya pada Sabtu dini hari, 19 April.
Pelindo menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan. Kerjasama dengan seluruh pemangku kepentingan terus ditingkatkan agar kejadian serupa tidak terulang.
Solusi Jangka Panjang dan Inovasi
Untuk mencegah terulangnya kejadian serupa, Pelindo telah merumuskan beberapa solusi jangka panjang. Selain langkah-langkah segera, berbagai inovasi juga direncanakan untuk meningkatkan efisiensi operasional pelabuhan.
NPCT1 diminta mengurangi jumlah kapal yang ditangani. Hal ini untuk memastikan kapasitas operasional terminal sesuai dengan kemampuannya.
Penerapan sistem Truck Booking System (TBS) dan dual move operation diusulkan. TBS bertujuan untuk mengendalikan jumlah truk yang masuk terminal, sementara dual move operation bertujuan untuk meningkatkan efisiensi angkutan peti kemas.
Konsep dual move operation diyakini lebih efisien. Truk akan membawa peti kemas baik saat datang maupun meninggalkan terminal, mengurangi jumlah perjalanan dan biaya operasional.
Pembangunan New Priok Eastern Access (NPEA) sedang dipersiapkan. Jalan baru ini akan menghubungkan New Priok Terminal langsung ke jalan tol pelabuhan, meningkatkan aksesibilitas dan kelancaran distribusi barang.
NPEA akan mendukung kelancaran arus barang dari dan menuju kawasan industri di sekitar Tanjung Priok, seperti Cikarang dan Cibitung.
Kesimpulannya, kemacetan di Pelabuhan Tanjung Priok telah teratasi, namun kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak terkait. Dengan berbagai solusi jangka pendek dan panjang yang diterapkan, diharapkan operasional pelabuhan akan semakin efisien dan kejadian serupa dapat dicegah di masa mendatang. Peningkatan koordinasi dan kolaborasi antar pemangku kepentingan menjadi kunci keberhasilannya.
Leave a Comment